Jonan: Pimpinan Yang Suka Naik KA Inspeksi Tidak Efektif

0
Ignasius Jonan, direktur utama KAI 2009-2014, saat meninjau stasiun Tanah Abang, 30 April 2014. (KAORI Nusantara / Kevin W)

Sabtu (8/6), jagat media sosial khususnya Instagram para pecinta kereta api ramai-ramai menyerbu akun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Bukan untuk mencaci dan mengkritik kinerjanya selama kurang lebih 3 tahun menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian ESDM, namun untuk melaporkan bagaimana kondisi PT Kereta Api Indonesia (KAI) pasca ditinggal oleh dirinya.

https://www.instagram.com/p/BycCWQWJ_4Z/

Jonan mengunggah beberapa foto berupa perjalanan dirinya selama 10 tahun terakhir, sejak dirinya menjadi Direktur Utama (Dirut) KAI, Menteri Perhubungan, dan Menteri ESDM. Beberapa netizen mengeluhkan seringnya frekuensi perjalanan Kereta Api (KA) Inspeksi yang digunakan oleh Dirut KAI menjabat saat ini, Edi Sukmoro. Bahkan, tidak sedikit netizen yang menginginkan Jonan kembali menjabat sebagai Dirut KAI.

Mereka mengeluhkan ketika KA Inspeksi yang mengangkut Dirut KAI akan melintas, seringkali harus mengorbankan perjalanan KA reguler dan menyebabkan keterlambatan. Salah seorang netizen bahkan mempertanyakan dimana posisi slogan “Anda adalah prioritas kami” yang sekarang yang sudah tidak lagi terlihat, dan seakan KA Inspeksi Dirut yang saat ini menjadi prioritasnya.

Keluhan ini didukung kuat dengan banyaknya jumlah kereta inspeksi baru milik KAI yang mencapai 2 rangkaian (4 unit), disamping 3 unit kereta inspeksi yang telah lebih dulu ada (Wijayakusuma, Sriwijaya, dan Rail One). Ironisnya, penambahan kereta inspeksi baru “mengorbankan” kereta rel diesel (KRD) buatan Nippon Sharyo medio 80-an yang sebelumnya masih aktif digunakan mengangkut penumpang.

Fakta ini tentu memunculkan pertanyaan, mengapa sampai ada banyak unit kereta inspeksi hanya untuk melayani seorang Dirut dan Direksi yang jumlahnya bahkan bisa dihitung dengan jari tangan. Terlebih frekuensi perjalanannya yang sangat sering dan hampir ada setiap pekan. Di ‘zaman’ Jonan, kereta Inspeksi sangat jarang digunakan dan hanya dipakai pada keperluan atau inspeksi yang diperlukan pada masa tertentu.

Dengan banyaknya keluhan mengenai penggunaan KA Inspeksi ini, Jonan pun angkat bicara. Menurutnya KA Inspeksi yang digunakan dalam kondisi non-darurat harus menyesuaikan dengan perjalanan KA yang sudah terjadwal. Tanggapan Jonan lainnya adalah “Pimpinan yang suka naik KA Inspeksi itu sebenarnya kurang efektif karena tidak banyak merasakan langsung bersama pelanggan”. Hal ini tentu benar adanya mengingat Jonan adalah salah satu Dirut KAI yang “merakyat”, bahkan pernah rela tidur di tempat duduk KA kelas Ekonomi saat perjalanan dinasnya.

Baca Juga: Inilah Jalur KA Terbaik dan Terburuk di Tokyo

Berbagai perubahan masih terus dilakukan oleh KAI sepeninggal Jonan. Tetapi, alih-alih menjadi semakin baik, justru banyak netizen yang mengeluhkan layanan perusahaan KA milik negara tersebut semakin mengalami kemunduran dan perlahan kembali bergerak ke zaman sebelum Jonan menjabat. Kemunduran ini tentu dapat dirasakan oleh mereka yang telah lama berkecimpung di dunia railfanning Indonesia, baik saat masa Jonan menjabat maupun sejak sebelumnya.

Ignasius Jonan memberi komentar mengenai kebiasaan direktur utama KAI saat ini yang lebih sering mempergunakan KA inspeksi. (IG @ignasius.jonan)
Ignasius Jonan memberi komentar mengenai kebiasaan direktur utama KAI saat ini yang lebih sering mempergunakan KA inspeksi. (IG @ignasius.jonan)

Tidak hanya itu, sembari setengah berkelakar, Jonan menjawab interaksi para pengikutnya yang mempertanyakan kinerja direktur utama KAI saat ini.

“Kalian itu lucu kog baru sekarang protes ya,” jawabnya.

Jonan menanggapi komentar warganet mengenai kinerja Edi Sukmoro. (IG @ignasius.jonan)
Jonan menanggapi komentar warganet mengenai kinerja Edi Sukmoro. (IG @ignasius.jonan)

Jonan menjabat di KAI mulai tahun 2009. Saat itu, ia mewarisi perusahaan yang tidak pernah untung sejak dibentuk tahun 1945 dengan nama DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia). Di bawah tangan dinginnya, Jonan memperbaiki banyak aspek kereta api.

Salah satu hasil awal Jonan adalah ketika setahun menjabat, ia mampu membalikkan kondisi perseroan yang saat itu merugi Rp83,5 miliar menjadi untung Rp154,8 miliar. Selanjutnya, ia memperbaiki kesejahteraan pegawai, dan kemudian memperbaiki pelayanan angkutan kereta api, sehingga mulai tahun 2012, kondisi pelayanan KA jarak jauh sudah jauh lebih manusiawi.

Gebrakan lain yang dilakukannya adalah menghapus penumpang atap dan menghapus KRL ekonomi yang terkenal akan kerawanannya. Melalui jalan yang lumayan berbatu, sampai memperjuangkan turunnya subsidi PSO untuk KRL ber-AC, Jonan berhasil meyakinkan Kementerian Perhubungan agar memberikan subsidi terhadap KRL Commuter Line.

Jonan meninggalkan KAI pada tahun 2014 untuk mengemban jabatan baru di Kementerian Perhubungan. Setelah kegagalannya pada mudik lebaran 2015 dengan kemacetan tol Brebes (Brexit), Jonan menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Di bawah kepemimpiannya, Freeport kembali ke tangan Indonesia.

Apakah Jonan akan “comeback” ke PT KAI? Kita tunggu manuver selanjutnya.

Cemplus Newsline by KAORI

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses